Pemerintah Provinsi Jawa Barat memasukan ruas tol baru Pasirkoja-Surapati Bandung atau North South Link (NS Link) ke dalam revisi tata ruang Jawa Barat.
CMLJ.co.id, BANDUNG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat memasukan ruas tol baru Pasirkoja-Surapati Bandung atau North South Link (NS Link) ke dalam revisi tata ruang Jawa Barat.
Sekda Jabar Iwa Karniwa mengatakan tol yang diinisiasi oleh PT Citra Marga Nusapala Persada (CMNP) melalui BUMD PT Jasa Sarana tersebut sudah diakomodasikan Pemrov Jabar dalam revisi Peraturan Daerah RTRW Jabar.
“Sudah masuk [revisi] sekarang masih kami bahas dengan DPRD Jabar,” katanya di Bandung, Senin (7/1/2019).
Menurutnya ruas yang merupakan sambungan dari Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) tersebut akan didorong oleh Pemprov Jabar guna mengantisipasi pertumbuhan jumlah kendaraan yang mencapai 12% setiap tahun khususnya di Kota Bandung.
Setelah proses di dewan selesai, perwujudan tol yang disebut NS Link tersebut akan disodorkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk dievaluasi.
“Dari kita mungkin dipersiapkan saja, karena ini tiga pihak ya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Provinsi Jabar, dan Pemerintah Kota Bandung sebagai penerima manfaatnya,” katanya.
Meski ini inisiasi swasta, tahapan pembangunan tol yang akan menelan biaya Rp8,491 triliun ini harus melalui PUPR mengingat setelahnya kementerian akan menetapkan Badan Pengelola Jalan Tol tersebut. “Ini murni swasta, nanti akan kami pikirkan dari BUMD apakah bisa ikut,” ujarnya.
Iwa memastikan dalam revisi RTRW Jabar, pembangunan tol dalam kota ini akan diintegrasikan dengan pembangunan Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dan proyek Light Rail Transit (LRT) Bandung Raya.
“Pembangunan BIUTR masih dalam tahapan merancang nota kesepahaman antara Kementerian PUPR, Pemprov Jabar, dan Pemkot Bandung, mengenai sharing budget pembebasan lahan BIUTR,” katanya.
Data Proyek Tol Pasirkoja—Surapati.
Indikator | Keterangan |
---|---|
Seksi 1 | Pasirkoja-Moh.Toha 7,60 Km |
Seksi 2 | Moh.Toha-Gatot Subroto 3,60 Km |
Seksi 3 | Gatot Subroto-Surapati 3,10 Km |
Total Panjang | 14,30 Km |
Konsep | Elevated di atas lahan Pemprov 75.000 meter persegi |
Total Investasi | Rp. 8,491 Triliun |
Target awal konstruksi | Triwulan IV 2019 |
Badan Usaha | CMNP dan PT Jasa Sarana |
Sumber: Humas Jabar, 2018
Menurutnya pihak JICA (Japan Inernational Cooperation Agency) baru bisa melanjutkan komitmen pembiayaan pembangunan BIUTR jika MoU para pihak sudah tuntas.
Iwa mengatakan MoU tersebut secepatnya ditandatangani tahun ini untuk mempercepat pembangunan BIUTR di Kota Bandung yang membentang dari Pasteur hingga Gedebage. “Kami targetkan dalam tahun ini bisa selesai,” tuturnya.
Tetap Dilanjutkan
Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga memastikan jika proyek tol NS Link tersebut akan dilanjutkan, karena bagian dari rencana induk kelancaran lalu lintas Metropolitan Bandung Raya.
“Jadi kelancaran kota metropolitan itu terbagi dua, memperbanyak jalur baru juga memperbanyak utamanya transportasi publik,” ujarnya.
Menurutnya karena tol ini dibangun dilahan Pemprov maka pihaknya akan memerintahkan PTJasa Sarana ikut terlibat meski dana swasta yang akan dikucurkan. “Itu lahan Pemprov, hanya lokasinya di Bandung, maka Jasa Sarana yang akan mengerjakan,” tuturnya.
Terkait teknis pengerjaan tol yang akan banyak menggali terowongan, dia mengaku belum mendapat laporan. Namun karena proyek ini dibutuhkan maka provinsi akan terus mendorong. “Kalau teknis karena dia [tol] ke pusat kota harus naik turun, itu nanti kita bahas secara teknis yang penting everybody happy,” paparnya.
Ridwan juga memastikan pembangunan tol akan seiring dengan penyediaan transportasi publik salah satunya LRT Bandung Raya. “Masyarakat jangan keliru, seolah ada jalan tol kota tapi publik transport tidak. Dua-duanya diprioritaskan cuma mana saja yang siap duluan kita kerjakan,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Jabar Dedi Taufik, mengatakan tol dalam kota, baik NS Link maupun BIUTR, termasuk reaktivasi jalur kereta Bandung-Ciwidey, dan light rail transit (LRT) dari Terminal Kereta Cepat di Tegalluar ke Kota Bandung, dibangun untuk meningkatkan aksesibilitas warga di Bandung Raya.
“Itu untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Bandung, yang pada malam hari jumlahnya 2,5 juta orang, sedangkan pagi hari 3,7 juta orang, karena arus penduduk dari sekitarnya,” ujarnya.
Add a Comment